Afrika Selatan Memperketat Peraturan untuk Menghadapi Varian Delta
By Nad
nusakini.com - Internasional - Presiden Afrika Selatan, Cyril Ramaphosa menerapkan kembali larangan-larangan dan aturan COVID-19 selama dua minggu untuk melawan lonjakan kasus yang disebabkan oleh varian Delta yang disebut sangat menular.
Presiden Ramaphosa menyatakan melalui siaran televisi bahwa negara Afrika Selatan adalah negara yang paling terkena dampak COVID-19 di benua Afrika dan sedang menghadapi lonjakan kasus infeksi yang tinggi.
Ia menyatakan bahwa fasilitas kesehatannya sudah di ambang batas maksimal dan tempat tidur di ICU semakin sedikit. Ia juga menempatkan negaranya pada peringatan tingkat empat, hanya satu tingkat di bawah lockdown keseluruhan.
Presiden Ramaphosa melarang semua jenis perkumpulan kecuali upacara pemakaman yang dibatasi jumlah orangnya yaitu 50. Ia juga melarang penjualan alkohol, restoran tidak dibolehkan menyajikan makanan untuk di tempat dan hanya diizinkan menjual makanan untuk diambil dan pengantaran. Peraturan jam malam juga diperpanjang satu jam.
Pihak berwajin menyatakan bahwa gelombang ketiga yang didorong oleh varian Delta akan melampaui semua gelombang sebelumnya di Afrika Selatan karena negara ini masih kesulitan mempercepat inokulasi vaksin.
Presiden menyampaikan bahwa semua indikasi menunjukkan gelombang ini akan lebih parah dari sebelumnya dan gelombang ketiga ini seperti akan 'menghancurkan'.
Varian Delta dikatakan sebagai varian yang dominan di Afrika Selatan. Afrika Selatan melaporkan sebanyak 1.928.897 kasus setelah mencatat 15.036 kasus pada hari Minggu (27/6). Jumlah ini menurun dari hari Sabtu (26/6) yang melaporkan 18.762 kasus baru. Afrika Selatan mencatat 59.900 kematian akibat COVID-19.